KajianPustaka.com
- metode pembelajaran
Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang pemusatannya tertuju pada keterampilan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasian gagasan-gagasan kreatif. Siswa tidak hanya diajarkan cara menghafal tanpa berpikir, namun dituntut untuk memilih dan mengembangkan suatu tanggapan untuk memperluas proses berpikir.
Creative problem solving merupakan teknik pembelajaran dalam penyelesaian suatu permasalahan berkaitan dengan pemecahan masalah yang melalui teknik sistematik dan mengorganisasikan gagasan kreatif. Melalui model pembelajaran creative problem solving, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Munculnya solusi kreatif sebagai upaya pemecahan masalah akan menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian menyampaikan pendapat, berpikir devergen, dan fleksibel dalam upaya pemecahan masalah.
Creative problem solving dibangun atas tiga macam komponen, yaitu; ketekunan, masalah dan tantangan. Komponen tersebut dapat diimplementasikan secara sistematik dengan berbagai komponen pembelajaran. Model pembelajaran creative problem solving berusaha mengembangkan pemikiran divergen, berusaha mencapai berbagai alternatif dalam memecahkan suatu masalah.
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran creative problem solving dari beberapa sumber buku:
- Menurut Shoimin (2014), creative problem solving adalah model pembelajaran yang pemusatannya pada pengajaran dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pernyataan, siswa dapat melakukan keterampilan dalam memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa berpikir, keterampilan memecahkan masalah dapat memperluas proses berpikir.
- Menurut Baharudin (2010), creative problem solving adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
- Menurut Cahyono (2009), creative problem solving adalah suatu metode pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan.
Karakteristik Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Menurut Imam (2010), model pembelajaran creative problem solving memiliki tiga karakteristik yang menjadi prosedur dalam proses pembelajarannya, yaitu sebagai berikut:
- Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan, dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan.
- Menentukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah.
- Menemukan solusi, yaitu proses evaluasi sebagai puncak pemecahan masalah.
Menurut Menurut Suryosubroto (2009), karakteristik dari model pembelajaran creative problem solving adalah sebagai berikut:
- Melatih siswa untuk berpikir divergen dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara, mampu memberikan berbagai alternatif pemecahan atas sebuah masalah dan kemampuan mengemukakan berbagai gagasan baru, dengan cara-cara baru yang jarang dilakukan oleh orang lain.
- Peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator belajar bagi peserta didik.
Tujuan Metode Creative Problem Solving
Menurut Shoimin (2014), melalui model pembelajaran creative problem solving siswa diharapkan mampu:
- Menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam creative problem solving.
- Menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran.
- Mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada.
- Memilih suatu pilihan solusi yang optimal.
- Mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah.
- Mengartikulasikan bagaimana creative problem solving dapat digunakan dalam berbagai bidang/situasi.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Menurut Huda (2013), sintak atau tahapan proses dalam model pembelajaran Creative Problem Solving menurut model Osborn-Parnes dikenal dengan istilah OFPISA, yaitu Objective, Finding, Fact Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Objective Finding
Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Siswa mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan guru dan membrainstroming sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan untuk kerja kreatif mereka. Sepanjang proses ini siswa diharapkan bisa membuat suatu konsensus tentang sasaran yang hendak dicapai kelompoknya.
b. Fact Finding
Siswa membrainstroming semua fakta yang mungkin berkaitan dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif yang dihasilkan oleh siswa. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berefleksi tentang fakta-fakta apa saja yang menurut mereka paling relevan dengan sasaran dan solusi permasalahan.
c. Problem Finding
Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan kembali perihal permasalahan agar siswa bisa lebih dekat dengan masalah sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah membrainstroming beragam cara yang mungkin dilakukan untuk semakin memperjelas sebuah masalah.
d. Idea Finding
Pada langkah ini, gagasan-gagasan siswa didaftar agar siswa bisa melihat kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Ini merupakan langkah brainstorming yang sangat penting. Setiap usaha siswa harus diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak peduli seberapa relevan gagasan tersebut akan menjadi solusi. Setelah gagasan-gagasan terkumpul, cobalah meluangkan beberapa saat untuk menyortir mana gagasan yang potensial dan yang tidak potensial sebagai solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas gagasan-gagasan tersebut untuk menghasilkan hasil sortir gagasan yang sekiranya bisa menjadi pertimbangan solusi lebih lanjut.
e. Solution Finding
Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar dievaluasi bersama. Salah satu caranya adalah dengan membrainstroming kriteria-kriteria yang dapat menentukan seperti apa solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria ini dievaluasi hingga ia menghasilkan penilaian yang final atas gagasan yang pantas menjadi solusi atas situasi permasalahan.
f. Acceptance Finding
Pada tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan isu-isu nyata dengan cara berpikir yang sudah mulai berubah. Siswa diharapkan sudah memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif. Gagasan-gagasan mereka diharapkan sudah bisa digunakan tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk mencapai kesuksesan.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Setiap model pembelajaran pada umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing begitu juga dengan model pembelajaran creative problem solving. Menurut Istarani dan Ridwan (2014), kelebihan dan kekurangan creative problem solving adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran creative problem solving yaitu:
- Berpikir dan bertindak kreatif.
- Dapat membuat pendidikan sekolah lebih baik relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
- Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
- Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
- Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Mengidentifikasikan dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Memilih fakta aktual sebagai dasar dan landasan untuk membahas pembelajaran.
- Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing keterbukaan, dan sosialisasi.
- Menumbuhkan rasa kebersamaan siswa melalui diskusi akhir dari pemecahan masalah.
b. Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran creative problem solving yaitu:
- Memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
- Beberapa pokok bahasan sangat sulit dalam menerapkan sebuah metode pembelajaran ini. Sehingga menyebabkan siswa sulit untuk melihat, mengamati, dan menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
- Sulit mencari masalah yang benar-benar aktual dalam pembelajaran.
- Adanya masalah yang tidak relevan dengan materi pembelajaran.
- Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
- Mengubah kebiasaan siswa belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa untuk menerima informasi dari guru.
Creative Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
World Economic Forum mengatakan bahwa kreativitas menjadi keterampilan terbaik yang dibutuhkan oleh tenaga kerja di abad ke-21 agar berhasil dalam persaingan. Sebagai pendidik, mendorong dan mengembangkan kreativitas siswa melalui model pembelajaran yang dipilih. Sebagai contoh, guru bisa menerapkan model Creative Problem Solving (CPS) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa di dalam kelas.
Creative Problem Solving (CPS) adalah model pembelajaran yang berfokus pada keterampilan memecahkan masalah dan tantangan dalam menemukan solusi terbaik dengan cara berpikir kreatif, inovatif, dan imajinatif. Memiliki keterampilan berpikir kreatif sangat penting bagi siswa untuk mempersiapkan diri dalam perubahan yang terjadi begitu cepat di masa mendatang. Dengan kreativitas yang tinggi, bukan hal mustahil bagi siswa untuk menjadi penemu-penemu baru di dunia.
Creative Problem Solving (CPS) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran menjadi sangat penting untuk membentuk siswa menjadi pemikir yang mampu berkolaborasi dengan ide-ide yang kompleks. Siswa akan dilatih untuk menumbuhkan intuitif dalam analisis kritis dan imajinasi untuk mengungkap ide atau solusi-solusi yang baru dalam memecahkan masalah.
Karakteristik Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Model pembelajaran Creative Problem Solving digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara kreatif karena di dalamnya terdapat proses identifikasi masalah hingga bagaimana cara penyelesaiannya dan penarikan kesimpulan. Model ini berpusat kepada peserta didik. Namun, model ini memerlukan bimbingan guru karena terdapat banyak kegiatan yang harus dilalui.
Dalam pendekatan Creative Problem Solving , aspek komunikasi, interaksi sosial antar-peserta didik dan sikap kooperatif, menjadi dimensi penting yang mendukung implementasinya dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Peran guru dalam pembelajaran Creative Problem Solving ialah memberikan arahan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah secara mandiri, kreatif, dan menstimulasi mereka agar mampu berimajinasi. Selanjutnya, guru juga perlu menyediakan materi atau topik pembelajaran yang dapat merangsang pemikiran peserta didik untuk memecahkan masalah dengan berpikir kreatif ketika proses belajar berlangsung.
Model pembelajaran CPS dikembangkan pertama kali oleh Alex Osborn sehingga model ini sering disebut The Osborn-parnes Creative Problem Solving Models .
Terdapat dua asumsi dalam Creative Problem Solving , yaitu sebagai berikut.
1. Setiap orang kreatif di dalam berbagai bidang.
2. Keterampilan berpikir kreatif dapat dipelajari dan ditingkatkan.
Tahapan CPS
Berikut adalah tahapan dari CPS , yaitu sebagai berikut:
- Mess-finding, yaitu guru mengidentifikasi masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik.
- Fact-Finding, yaitu peserta didik menemukan fakta yang berhubungan dengan permasalahan untuk mencari informasi esensial terhadap masalah yang sedang diidentifikasi.
- Problem-finding, yaitu peserta didik mengidentifikasi kemungkinan penting yang mendasari permasalahan.
- Idea-finding, yaitu menemukan ide dan gagasan yang mungkin bisa dijadikan solusi dalam memecahkan masalah. Pada tahap ini, guru perlu memberikan apresiasi terhadap gagasan dan ide yang diajukan oleh peserta didik dan menyortir ide yang paling berpotensi dijadikan solusi terbaik.
- Solution-finding, yaitu melalukan evaluasi terhadap ide atau gagasan final yang memiliki potensi terbesar dan paling tepat dijadikan solusi untuk memecahkan permasalahan.
- Acceptance-finding, yaitu mengimplementasikan cara berpikir yang baru dalam memecahkan isu-isu dalam kehidupan sehari-hari secara kreatif.
Implementasi proses model pembelajaran Creative Problem Solving dapat dilakukan dengan cara berikut.
- Memberi apersepsi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik akan pentingnya pembelajaran yang akan mereka ikuti.
- Membentuk peserta didik ke dalam kelompok kecil untuk melakukan diskusi
- Membagikan lembar kerja untuk setiap kelompok yang telah berisi masalah beserta arahan pengerjaannya.
- Klarifikasi masalah, yaitu memberikan penjelasan terhadap masalah yang diajukan. Dengan demikian, peserta didik memahami dengan jelas dan mudah untuk merumuskan langkah penyelesaian yang harus diambil.
- Pengungkapan Pendapat, yaitu peserta didik diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat, ide dan gagasan mereka secara kreatif dan divergen.
- Evaluasi dan Pemilihan, peserta didik mempertimbangkan secara kritis dan selektif terhadap strategi yang dianggap kurang relevan dan paling potensial untuk dijadikan alternatif terbaik sebagai solusi dalam memecahkan masalah.
- Implementasi, di sini peserta didik bersama kelompoknya menentukan solusi terbaik dalam memecahkan permasalahan dan mempresentasikan gagasan mereka kepada kelompok lain serta guru. Selanjutnya, guru memberikan konfirmasi maupun penegasan dan secara bersama menyimpulkan materi pembelajaran. Sebagai pemantapan materi, guru bisa membagikan kuis untuk dikerjakan peserta didik secara individu.
Kelebihan dan Kelemahan Creative Problem Solving
Kelebihan pendekatan creative problem solving.
- Creative Problem Solving memberi kesempatan peserta didik untuk memahami konsep dan cara untuk menyelesaikan suatu masalah.
- Mendukung partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
- Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena di awal pembelajaran disajikan permasalahan yang harus dicarikan solusi penyelesaiannya.
- Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan.
- Mendukung peserta didik dalam menerapkan pengetahuan baru yang telah diperoleh, ke dalam situasi/permasalahan baru yang akan dihadapi.
Kelemahan Pendekatan Creative Problem Solving
- Guru memiliki tantangan dalam aplikasi CPS ke dalam pembelajaran karena level pemahaman dan kecerdasan peserta didik tidak sama.
- Adanya kemungkinan peserta didik yang tidak siap dalam menghadapi masalah baru.
- Model ini tidak begitu cocok untuk diaplikasikan pada peserta didik di bangku Taman Kanak-Kanak atau pun di kelas awal Sekolah Dasar.
- Memerlukan alokasi waktu yang tidak sebentar dalam proses pembelajaran untuk mempersiapkan peserta didik dalam mengikuti langkah-langkah CPS sehingga kemungkinan peserta didik merasa bosan dalam menyelesaikan kompleksnya masalah dengan variasi jawaban yang tak kalah kompleks. Selain itu, pemilihan topik diskusi atau permasalahan yang dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik juga menjadi tantangan bagi guru dan bukanlah suatu hal yang mudah.
Creative Problem Solving memiliki prinsip dasar dalam penerapannya untuk memecahkan masalah secara kreatif, berikut adalah prinsip tersebut.
1. Assume Nothing
Guru harus mampu mendorong siswa untuk terus berpikir kreatif karena apabila peserta didik menganggap mereka telah menemukan jawaban dari suatu permasalahan maka mereka cenderung tidak akan kreatif dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, asumsi menjadi musuh dari kreativitas dan pemikiran yang orisinal.
2. Problems Are Opportunities
Guru mampu memotivasi peserta didik untuk memiliki pandangan bahwa masalah bukan hanya berupa kesulitan yang harus dihadapi, melainkan sebuah peluang baru yang ditawarkan. Pergeseran pandangan ini bisa mendorong perspektif siswa untuk melihat peluang ketika terjadinya suatu masalah.
3. Suspend Judgment
Guru memberikan kebebasan peserta didik untuk menemukan ide atau gagasan yang baru tanpa terburu-buru memberikan penilaian yang dapat menghambat munculnya kreativitas siswa.
Dengan demikian, penerapan pembelajaran Creative Problem Solving diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk mampu mengaplikasikan pemikiran kreatif mereka dalam memecahkan permasalahan yang mungkin akan ditemui di kehidupan sehari-hari atau di masa mendatang.
Berlangganan newsletter kami
Dapatkan postingan terbaru yang dikirim langsung ke kotak masuk kamu.
Now check your inbox and click the link to confirm your subscription.
Please enter a valid email address
Oops! There was an error sending the email, please try later.
Direkomendasikan untuk kamu
Persiapan beasiswa untuk siswa sma sekolah masjid terminal, depok oleh komunitas kejar mimpi jakarta, contoh modul ajar dan cara membuat modul ajar, ini 3 opsi dalam implementasi kurikulum merdeka, ada mandiri belajar.
Tidak ada hasil untuk pencarian kamu, coba sesuatu yang berbeda.
- Jasa Pembuatan Website
- Manajemen Sumber Daya Manusia
- Perkuliahan
Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Dari pengertian model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) di atas dapat disimpulkan bahwa model Creative Problem Solving (CPS) adalah model pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah serta mengembangkan ide- ide yang diperoleh untuk diungkapkan serta tidak menghafal.
Tujuan M odel P embelajarann Creative Problem Solving
- Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
- Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
- Potensi intelektual siswa meningkat.
- Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
2. Indikator Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Langkah-langkah model pembelajaran creative problem solving.
- Klarifikasi masalah
- Brainstorming / Pengungkapan pendapat
- Evaluasi dan pemilihan
- Implementasi
Kelebihan dan kelemahan model Creative Problem Solving
- Kelebihan model Creative Problem Solving
- Siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah.
- Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif, rasional, logis, dan menyeluruh.
- Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
- Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
- Kelemahan model Creative Problem Solving
- Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa itu tidak mudah.
- Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar yang banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan tantangan atau bahkan kesulitan bagi siswa.
- Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama.
- Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan baru.
Bagikan ini:
Pos terkait.
Assalamualaikum Kebetulan saya sedang meneliti untuk tugas akhir saya mengenai model creative problem solving. Setelah baca postingan ini saya berpikir ini postingan sangat bermanfaat karena informasi yg saya inginkan ada semua disana. Namun saya tidak bisa mengutip dari postingan ini, harus langsung dari sumber yg bapak kutip karena di kampus saya untuk hal pengutipan lumayan ketat. Maka dari itu, jika bapak berkenan untuk menolong saya. Saya ingin sekali meminta daftar pustaka atau memberikan informasi buku apa, jurnal apa ataupun sumber lainnya yg digunakan dalam penelitian ini secara rinci agar saya bisa mencari sumber tersebut yg telagh dikutip oleh bapak. Terimakasih sebelumnya Wassalamualaikum
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses .
Pengertian Model Pembelajaran Radec (Read, Answer, Discuss, Explain,…
Pengertian Model Pembelajaran Tari Bambu – Model pembelajaran…
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Resume –…
Pengertian Model Environmental Learning – Model environmental learning…
Pengertian Model Pembelajaran Anchored Instruction – Joyce dan…
Pengertian Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,…
Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving: Cara Seru untuk Mengatasi Masalah
- 1.1 Cara Mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
- 1.2 Tips Mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
- 1.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
- 1.4 Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
- 2.1 1. Apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya cocok untuk mata pelajaran tertentu?
- 2.2 2. Apakah semua siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran kooperatif creative problem solving?
- 2.3 3. Apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya dapat dilakukan di kelas dengan jumlah siswa yang sedikit?
- 2.4 4. Apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya dapat dilakukan secara offline?
- 2.5 5. Bagaimana cara mengukur keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif creative problem solving?
- 3.1 Share this:
- 3.2 Related posts:
Creative Problem Solving (CPS) atau pemecahan masalah secara kreatif adalah kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang inovatif dan kreatif. Sementara itu, Model Pembelajaran Kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan kerjasama antara siswa, di mana mereka saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Apa Itu Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving?
Cara mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif creative problem solving.
- Bentuk kelompok siswa: Bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 hingga 5 orang. Pastikan setiap kelompok terdiri dari siswa dengan berbagai kemampuan dan bakat, agar mereka dapat saling melengkapi dalam menyelesaikan masalah.
- Tentukan permasalahan: Berikan permasalahan yang menantang dan mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Pastikan permasalahan tersebut relevan dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan.
- Motivasi siswa: Berikan motivasi kepada siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan solusi yang inovatif dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Beri mereka ruang dan kebebasan untuk berpikir di luar batas-batas konvensional.
- Facilitasi kelompok: Sebagai guru, Anda memiliki peran sebagai fasilitator dalam kelompok. Bantu siswa dalam merumuskan ide-ide, memecahkan masalah, dan memilih strategi yang tepat. Berikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan agar kelompok dapat bekerja secara efektif dan produktif.
- Presentation dan evaluasi: Setelah kelompok selesai menyelesaikan permasalahan, minta mereka untuk mempresentasikan solusi yang mereka temukan. Berikan umpan balik yang konstruktif dan evaluasi terhadap kinerja siswa dalam menerapkan metode kooperatif creative problem solving.
Tips Mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
- Kenali kebutuhan dan karakteristik siswa: Setiap siswa memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda. Kenali mereka dengan baik sehingga Anda dapat membantu mereka dalam mengembangkan potensi kreatif dan berpikir kritis.
- Evaluasi metode pembelajaran secara berkala: Selalu lakukan evaluasi terhadap metode pembelajaran yang Anda gunakan. Jika diperlukan, modifikasi dan sesuaikan metode tersebut agar lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kreatif dan berpikir kritis siswa.
- Fasilitasi komunikasi dan kolaborasi: Dalam model kooperatif, komunikasi dan kolaborasi antar siswa sangat penting. Berikan ruang yang aman dan nyaman bagi mereka untuk berbagi ide, berdiskusi, dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
- Libatkan teknologi: Manfaatkan teknologi seperti komputer, internet, dan perangkat lainnya dalam mendukung proses pembelajaran. Gunakan aplikasi atau perangkat lunak yang dapat membantu siswa dalam menciptakan solusi kreatif dan inovatif.
- Beri apresiasi kepada siswa: Selalu berikan apresiasi dan penghargaan terhadap usaha dan prestasi siswa dalam mengembangkan kemampuan kreatif dan berpikir kritis. Hal ini akan memotivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang.
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
- Meningkatkan kemampuan berpikir kritis: Model ini mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dalam menyelesaikan masalah. Mereka harus menggali informasi, menganalisis, dan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang rasional.
- Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif: Dalam model ini, siswa dituntut untuk berpikir kreatif dalam mencari solusi yang inovatif. Mereka diajarkan untuk berpikir di luar batas-batas konvensional dan menghasilkan ide-ide yang baru dan segar.
- Mendorong kolaborasi: Dalam model kooperatif, siswa belajar untuk bekerja sama dalam kelompok. Mereka belajar menghargai pendapat dan ide-ide dari anggota kelompok lainnya, serta belajar bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan bersama.
- Merangsang motivasi belajar: Model ini memotivasi siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri. Mereka merasa memiliki peran penting dalam proses pembelajaran dan memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya.
- Meningkatkan kepercayaan diri: Dalam model ini, siswa diajarkan untuk mengembangkan ide-ide dan solusi yang mereka temukan. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka serta mengurangi rasa takut untuk berpikir di luar kotak.
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
- Memerlukan waktu yang lebih lama: Proses pemecahan masalah kreatif membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pendekatan pembelajaran konvensional. Siswa perlu melibatkan diri secara aktif dalam mengembangkan ide-ide dan mencari solusi yang inovatif.
- Menghadapi peran dominan dalam kelompok: Dalam kelompok, ada kemungkinan siswa dengan kemampuan dominan akan mengambil alih peran dan mengabaikan pendapat anggota kelompok lainnya. Hal ini dapat mengurangi kontribusi dan keaktifan siswa lainnya dalam kelompok.
- Membutuhkan pemahaman yang baik dalam materi pembelajaran: Untuk dapat memecahkan masalah dengan kreatif, siswa perlu memiliki pemahaman yang baik terhadap materi pembelajaran. Jika pemahaman mereka terbatas, mereka mungkin kesulitan dalam mengembangkan ide-ide dan solusi yang relevan.
- Memerlukan fasilitator yang kompeten: Model kooperatif membutuhkan fasilitator yang kompeten dalam mengelola kelompok dan memfasilitasi proses pembelajaran. Guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif bagi siswa.
- Memerlukan dukungan dan kerjasama dari sekolah: Implementasi model ini membutuhkan dukungan dan kerjasama dari pihak sekolah, termasuk dukungan dalam hal sumber daya, penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, dan pelatihan yang berkaitan dengan model ini.
FAQ tentang Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
1. apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya cocok untuk mata pelajaran tertentu, 2. apakah semua siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran kooperatif creative problem solving, 3. apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya dapat dilakukan di kelas dengan jumlah siswa yang sedikit, 4. apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya dapat dilakukan secara offline, 5. bagaimana cara mengukur keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif creative problem solving, share this:, related posts:.
Metode Pembelajaran CTL: Belajar Sambil Santai Menyenangkan!
Metode Pembelajaran Tipe STAD: Seru-Seruan Belajar Bareng!
Metode Konstruktivisme adalah Pendekatan Belajar yang Melibatkan Siswa dalam Proses Konstruksi Pengetahuan
Leave a Reply Cancel reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
- Privacy Policy
- Syarat dan Ketentuan
IMAGES
COMMENTS
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang pemusatannya tertuju pada keterampilan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasian gagasan-gagasan kreatif.
Model pembelajaran Creative Problem Solving digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara kreatif karena di dalamnya terdapat proses identifikasi masalah hingga bagaimana cara penyelesaiannya dan penarikan kesimpulan. Model ini berpusat kepada peserta didik.
Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving – Menurut Karen Pepkin (2009: 3), “Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan”.
Model tersebut adalah Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving! Creative Problem Solving (CPS) atau pemecahan masalah secara kreatif adalah kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang inovatif dan kreatif.
This research aims to increase teacher activity, student activities, creative thinking skills, and student academic achievement by implementing Creative Problem Solving (CPS) learning model...
Model Pembelajaran Creative Problem Solving pada Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Tematik Siswa Sekolah Dasar. March 2020. Jurnal Pendidikan Teori Penelitian dan Pengembangan 5...
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran maupun menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif.
pembelajaran tersebut adalah model creative problem solving (CPS). Model CPS mampu membuat pembelajaran berlangsung lebih menyenangkan, dapat membangkitkan motivasi siswa dan mendorong siswa membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Daties (2010) ada beberapa alasan memilih model CPS dalam pembelajaran yang selanjutnya penulis pertimbangkan ...
Creative Problem Solving adalah kemampuan berpikir yang dimiliki siswa dan berfungsi meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan masalah (Puccio, 2005, p. 65).
CPS is a deliberate process that allows you to harness your natural creative ability and apply it purposefully to problems, challenges, and opportunities. The CPS Process Based on the Osborn-Parnes process, the CPS Model uses plain language and recent research.